tutorial blogger Indonesia

Mengapa Harus Ada Cinta di Antara Kita?

on Senin, 07 Januari 2013



Kisah ini sebenarnya sudah lama ditelan waktu. Tetapi, peristiwa itu masih saja melekat di dalam benakku. Sampai-sampai sulit untuk melepaskannya. Dasar cinta, memang bias saja membuat gila. Waktu itu kami mengadakan kegiatan PPM di Kabupaten Sekadau, tepatnya di Desa Rawak Hilir. Sekadar memberikan sedikit penjelasan, PPM (Pengabdian Pada Masyarakat) adalah sebuah kegiatan rutin setiap tahun yang diselenggarakan oleh setiap Hima (Himpunan Mahasiswa) untuk memberikan pengalaman kepada mahasiswa baru dengan cara terjun langsung ke masyarakat dan bersosialisasi di dalamnya. Kami yang telah berlabel senior menjadi panitia untuk membimbing adik-adik kami selama seminggu di tengah-tengah masyarkat.

Perjalanan yang kami tempuh sekitar sepuluh jam. Sungguh luar biasa lamanya. Jika semuanya lancar, kami bias saja tiba lebih awal. Tetapi, kecelakaan yang tidak menghasilkan maut memperlambat putaran roda bus kami. Tidak hanya itu, mobil yang kami tumpangi beberapa kali harus istirahat karena kecapekan. Ban bocor, mesin kepanasan, dan beberapa penyakit lain sempat hinggap di bus tersebut. Sungguh malang nasib kami. Syukurlah kami berhasil menginjakkan kaki di tanah Rawak. Kedatangan kami disambut dengan suara jangkrik dan katak yang bersaing untuk membuktikan siapa yang paling merdu suaranya.

Aku bukanlah orang yang bisa menahan pusing di dalam bus. Perjalanan sepuluh jam telah mengaduk-aduk isi kepalaku. Beruntung jiwa lelakiku sukses menahan isi perut yang sesekali ingin sekali keluar. Cara yang aku gunakan adalah tidur sepanjang perjalanan (jauh dari jiwa lelaki). Pastinya akan sangat memalukan jika senior terlihat lunglai di depan mahasiswa baru. Terpaksalah aku bertahan dalam kepusingan dan terlihat tetap segar, walaupun harus mengorbankan nyawa sekalipun. Beginilah nasib menjadi senior kawan.

Seperti harimau menerkam mangsanya, seperti itulah aku menyerang bantal yang terkulai di depan mataku. Aku tidak peduli dengan ucapan teman-teman panitia, yang ada di pikiranku saat itu hanya tidur dan “Jangan ganggu aku!”. Aku bisa mendengar rikikan suara tawa teman-temanku yang berisi ejekan ringan. Kondisi tubuhku yang sekarang tidak akan mampu melawan sergapan kata-kata ejekan itu. Saat ini kalian menang. Tunggu pembalasanku.

Setiap hari kegiatan dimulai dari subuh sampai malam. Kadang-kadang aku merasa kasihan melihat wajah lesu mereka yang dipadati dengan kegiatan-kegiatan menguras tenaga dan pikiran. Namun, dibandingkan PPM zaman kami, ini tidak ada apa-apanya. Kami seperti dilatih menjadi tentara dan kurang menyatu dengan masyarakat. Berbeda dengan mereka yang lebih banyak bersosialisasi dengan masyarakat, dan inilah baru tepat dengan pengertian dari PPM. Meskipun mereka beranggapan bahwa lebih enak jadi panitia, tetapi mereka tidak tahu betapa tersiksanya menjadi panitia karena harus bertanggung jawab kepada puluhan kepala mahasiswa dengan berbagai tingkahnya. Panitia harus menyiapkan makanan untuk peserta, menyediakan perlengkapan untuk seluruh agenda, datang ke sekolah, pejabat pemerintahan daerah sekitar untuk meminta izin, membuat acara, dan masih banyak lagi hal yang masih belum disebutkan. Bidang yang aku pegang adalah bidang perlengkapan dengan satu staf yang membantuku. Banyak kesulitan yang kami hadapi dalam bidang ini. Teman-teman panitia yang lain banyak membantu mengatasi kesulitan tersebut.

Pertemuanku dengan siswi-siswi MTs menciptakan sebuah kisah yang menarik. Entah apa yang memesona dari diriku, mereka ingin sekali mengenaliku lebih dekat. Mulanya mereka meminta nomor telepon selulerku, kemudian satu per satu mengirimi SMS-SMS pertanyaan yang sama “Kakak lagi ngapain?” (memangnya aku perempuan dipanggil kakak). Rasa tidak etis juga kalau tidak dibalas. Terima kasih aku ucapkan kepada operator IM3 yang bersedia memberikan bonus SMS sehingga mampu menampung serangan SMS dari mereka. Semakin hari semakin ganas SMS yang mereka kirim dengan menanyakan statusku di dunia pacaran. Jujur saja aku jawab, aku jomblo. Semenjak itu intensitas pesan singkat yang memasuki kotak masukku di luar kendali.

Dua orang di antara mereka dengan jelas mengungkapkan perasaannya kepadaku. Aku harus jawab apa? Situasi ini terlalu berat bagiku yang belum berpengalaman menghadapi hal semacam ini. Ya Allah beri aku petunjuk. Takut mengecewakan dan takut membuat mereka terpecah belah, itulah yang menekanku. Dua-duanya bisa menjadikanku pendosa besar. Polos, polos sekali, aku menerima cinta mereka berdua dengan catatan mereka tidak saling mengetahui. Sayangnya keputusanku salah. Rupanya hasil dari keputusan yang aku ambil semakin merenggangkan hubungan persahabatan mereka. Setelah itu, aku mengambil jalan tengah dengan cara memutuskan komunikasi lewat SMS dan telepon dengan mereka. Setiap pesan yang masuk aku abaikan. Demi kedamaian.

Kenangan terakhir yang mereka berikan kepadaku adalah sebuah boneka beruang dan foto serta surat cinta yang sampai saat ini masih ku simpan. Monic dan Delima.
Ranking: 5

{ 0 komentar ... read them below or add one }

Posting Komentar

 
© Pandu KM (INGIN BERBAGI) | All Rights Reserved
Bloggerized By Imuzcorner | Powered By Blogger | CoolBiz Blogger Template By Free Blogger Template